Tentang Saya

Saya Rizkiadi, sebuah nama yang tak akan pernah anda temukan wujudnya di dunia nyata. Nama ini juga bukan pilihan saya. Saya telah mencoba mengusulkan beberapa nama, tetapi hanya bentukan huruf “rizkiadi” yang diterima oleh penguasa situs ini. Tahu diri sebagai penumpang gratis, saya tak lagi berniat mendesakkan nama yang , menurut saya, jauh lebih baik, bagus, serta mungkin lebih mengalirkan keuntungan.

Yang pasti, saya pernah duduk manis di bangku kuliah sebuah Fakultas Kedokteran hingga lulus doktorandus medicus (kini S.Ked), yang kemudian menjadi “pemberontak” selama berpanitera sebagai koasisten, karena banyak kebijakan yang menyangkut mahasiswa tidak diputuskan secara prosedural. Hasilnya, saya tidak lulus Bagian Neurologi dan terpaksa mengulang koskap hingga tiga kali, dan harus menjalani ujian tim (hal yang belum pernah dipraktekkan terhadap koasisten sebelum saya) jika tidak ingin mengulang lagi.

Saya tidak tahu dosa apa yang tanpa sengaja telah saya buat. Saya tidak pernah membuat kekeliruan selagi menjalani ujian kasus: saya terampil memeriksa kelainan neurologis. Presentasi saya satu minggu sebelum ujian kasus juga tidak mengecewakan: buktinya tidak ada celaan dari Pembimbing, sementara pertanyaan dari audience tidak satu pun yang tidak terjawab. Selain itu, saya tidak pernah terlambat, atau melakukan kesalahan, selama berpanitera di bangsal. Ujian kasus saya dapat nilai 6,5. Saya melihat sendiri angka itu tertulis dengan spidol pada kertas status ujian pasien. Saya, dibantu teman dan perawat jaga, menyelinap ke ruangan Koordinator Pendidikan Neuro lewat jendela angin (lubang yang dibuat mirip jendela: bisa dibuka dan ditutup, berbentuk segi empat, cukup besar untuk meloloskan fisik saya yang hanya berbobot –waktu itu—46 kilogram) untuk melihat kepastian hasil ujian kasus. Singkatnya, apa yang menjadi dasar pada penentu kelulusan itu untuk menjatuhkan…, oh, bukan menjatuhkan, itu terlalu kasar, lebih sopan dibahasakan ‘tidak berkenan meluluskan’.

Karena tidak pernah bercita-cita menjadi dokter, lulus atau tidak di Bagian sepertinya tidak mempengaruhi suasana mental saya. Namun jika kasusnya “tidak diluluskan”, saya tentu marah. Ini perlecehan, dan penindas itu mesti dilibas. Dan pada sore harinya saya “memberanikan” diri mendatangi dokter ALS di tempat prakteknya. Saya ditemani FRD, teman satu koskap di Neuro. Dia memaksa menemani lantaran khawatir kalau-kalau saya digelapmatakan oleh syaiton, sehingga bukan tidak mungkin sang Kodik tercelakakan dan mengalami “gelap mata” (alias tidak bisa melihat) seumur hidup.

Meskipun menjadi dokter bukan tujuan hidup, bukan berarti kalau saya pasrah saja diperlakukan seenaknya. Saya kecewa sekali atas keputusan ini. Saya ke dokter Kodik Neuro itu murni berniat mempertanyakan alasan ketidaklulusan saya. Cuma itu. Ya, hanya itu saja. Sayang sekali jawaban yang diperoleh justru menambah kekecewaan saya.

“Ujian kasus kamu memang bagus, tetapi kelulusan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian kasus. Kamu koskap di Bagian ini kan cukup lama: 5 minggu. Selama itu kamu bergaul dengan perawat, pasien, teman sejawat, dan kami-kami ini dosen kamu …”.

“Maaf”, saya harus menyela, “Jadi nilai saya jatuh di mana?”

“Saya belum selesai kamu sudah motong. Poin penilaian itu, seperti telah saya utarakan tadi, bermacam-macam. Hubungan dengan perawat dinilai ….”.

“Saya tak punya masalah dengan perawat. Saya tak pernah terlibat konflik dengan mereka”, potong saya.

“Kegiatan jaga juga dinilai …”.

“Saya tidak pernah absen. Saya malah hampir tiap hari jaga di Bagian.”

“Dengan pasien…”.

“Apa ada cerita jelek tentang hubungan saya dengan pasien?”

Sekian saja dulu (sebenarnya ia bisa dipanjanglebarkan menjadi novelet) cuplikan dialog saya dengan dosen Koordinator Pendidikan yang kebetulan juga Penguji dalam ujian kasus. Dari cara bicaranya saya mafhum kalau beliau ini tengah mencari-cari kesalahan, yang sebetulnya telah bisa dengan mudah langsung saya patahkan. Saya hakulyakin kalau dia sebetulnya mengakui keterangan saya, tetapi tidak mempunyai keberanian untuk mengakui. Dosen senior, produk kolonial, memang mau menang sendiri. Melenyapkan (jangankan melenyapkan, mengurangi saja susah) mental kolonial yang telah mendarah-daging bagi orang (baca: dosen) yang telah bertabur uban ternyata tidak gampang.

Hampir sepuluh tahun kemudian, bahkan hingga kini (22 tahun setelah kejadian), luka yang tertoreh akibat ketidakjujuran ALS membekas begitu lekat hingga sulit dihapus; namun bukan berarti kalau saya tengah mengoleksi dendam. Sumpah, tidak ada dendam, meskipun saya tidak bisa dipaksa untuk melupakan kejadian itu. Saya masih normal, jadi bagaimana mungkin menghapus ingatan akan satu hal yang kita benci tanpa berisiko kemungkinan terhapus kenangan yang menang hendak disimpan.

Dua puluh tahun kemudian saya masih menemui kasus serupa, walaupun tidak menimpa diri saya. Nasib mahasiswa masih banyak yang serupa dengan saya, malah lebih buruk lagi. Namun celakanya, mereka ditekan oleh dosen yang tidak pernah “makan kuliahan” gaya kolonial. Menurut amatan dan kesimpulan saya berdasarkan aduan serta keluhan mahasiswa, cara mereka mengintimidasi justru jauh lebih kolonialis.

Kekurangajaran, atau ketidaksopanan, atau kesombongan, itu sesungguhnya bukan dilahirkan di bangku kuliah. Saya yakin kalau bibit arogansi itu “terselip secara genetis” lewat kedua orang tua mereka.

Dikuliahi, atau diceramahi, dengan materi etika sesempurna apapun, dan dengan angka kelulusan sempurna, sifar genetis arogansi tak bakal pupus. Oleh karena itu, ia memerluan contoh. Satu perilaku dosen, atau pengajar, yang perkataannya segendang sepenarian dengan perbuatan. Dengan demikian, tak akan pernah ada lulusan yang memproklamirkan diri “Kami adalah angkatan takabur yang diperanakkan oleh angkatan kurang ajar”.

Saya Rizkiadi, berusaha sebisa mungkin untuk mengakurkan tarian saya dan irama gendang yang ditabuh oleh orang-orang di sekitar saya: sejawat, mahasiswa, pegawai administrasi, serta cleaning service yang kerap dianggap “kelas rendah” oleh tidak sedikit sejawat saya.

68 respons untuk ‘Tentang Saya

  1. mejahijau berkata:

    Baru baca tulisan ini, saya teringat dengan salah satu dosen saya yang mirip dengan anda.
    Saya pertama bertemu dengannya dalam situasi yang tidak formil, yang pasti saya tidak menyangka dia adalah salah satu dosen yang akan mengajar saya dalam satu mata kuliah. Saya kagum dengan sikapnya yang suka terus terang dan apa adanya. Walaupun banyak yang menentangnya, namun dia tidak pernah mau berkompromi dengan keadaan yang tidak disetujuinya. Salut juga untuk anda yang mirip dengannya. Tetap selalu seperti sekarang, biar hidup ini ada variasi.

  2. TeHaPe^_^ berkata:

    sepertinya ArisMonyet adalah fans berat Anda.
    hati-hati, fans berat biasanya memiliki gangguan kejiwaan dan punya obsesi yang aneh…
    hiiiiy……!!!

  3. Bomerang berkata:

    Saya sependapat dengan saudara Booomm, saking hebatnya dr. Irfan itu SKORA dan Unit Pengabdian Masyarakat yang dipimpinnya kesohor kemane-mane saking banyaknya kegiatan (numpuk kali)

  4. Umar Bakri berkata:

    Untuk Rama Putra Petir, masih mahasiswa aja udah berani melecehkan dosennya sendiri, apalagi udah jadi dokter; mungkin jalannya ndak lagi melihat kebawah. Uda nanya belum ama dosen lain; dosen mana yang paling banyak nulis. Sebagai mahasiswa malu kalu ndak banyak informasi yang didapat. Dari sepupu saya diefka lain, katanya buku dosen yang anda hina itu jadikan buku acuan

  5. Umar Bakri berkata:

    Untuk Booomm, saya sependapat dengan anda. Dr. Irfan itu memang hebat, saking hebatnya SKORA dan Unit Pengabdian Masyarakat yang dia pimpin sampe kesohor kemane-mane (aje gile); saking banyaknya kegiatan dan pade numpuk katenye

  6. kodok berkata:

    hmmm
    jiwa untuk memberontak, pasti ada dalam stiap orang
    tidak bisa dipungkiri, hal yang sama mngkin trjadi dengan saya kalo saja mengalami situasi yang sama
    bahkan dengan membaca tulisan ini, jiwa saya terbakar, semangat untuk memberontak mendominasi pikiran..
    tapi saya juga disadarkan dengan sistem superego saya yang membrikan impuls untuk strategi yang lebih advance dari sekedar ‘memberontak’
    …’to be better than anyone under estimate me’
    memberontak lebih “advance” kalau setiap setiap pemberontakan selalu disertai “strategi”
    bukan untuk membalas dendam atau sekedar menciptakan suasana yang semakin keruh
    tapi strategi untuk menunjukkan bahwa mereka “salah” dalam menilai saya, tentunya dengan menjadi lebih maju, lebih dari estimasi orang

    hmmm, ga ada yang perlu disesali untuk masa lalu
    multi talent ga mungkin hilang dimakan waktu
    ga mungkin sia-sia walau usia sudah tak muda lagi
    tapi tetap ada waktu untuk menggebrak DUNIA dengan pikiran kita kan?
    i know u can make it, well, at least coz we’ve known each other, i saw my self inside u
    dont u know

    for now, segala keluh kesah memang tidak jadi masalah untuk ditulis dalam blog seperti ini
    tapi kemampuan anda untuk menulis terlalu mahal kalau hanya digunakan di sini
    never stop writting
    lets be better each day and be the best at the final day…my dear BRO’

    adios….

  7. japra berkata:

    memang tak bagus untuk saling mencela lebih baik tukar pikiran..namun jika tidak di dengarkan… MEMBERONTAK PILIHAN TEPAT…..SAYA MEWAKILKI MAHASISWA MENYARANKAN MENGADAKAN PERTEMUAN BESAR-BESARAN ANTARA MAHASISWA, DOSEN, PARA PEJABAT FK UNSRI….KARENA BANYAK HAL YANG DI BICARAKAN DARI PSKG yang tak bisa menjadi drg karena syarat fakultas,….DARI pdu YANG sistemNYA katanya konvensional terlantar begitu saja….dosen2 yang merasa terabaikan YANG TIDAK DIGUNAKAN LAGI karena sistem KBK,…MAHALNYA BIAYA PENDIDIKAN DAN TAK SESUAI DENGAN FASILITAS…SAMPAI MOBIL BARU YANG BARU DI BELI…KIJANG INNOVA COY….TOLONG UNTUK BAGIAN SEPAKAT DONK KALO MAU TUTUP,TUTUP SEMUA KALO MAU BUKA, BUKA SEMUA DONK………pertengkaran ini sudah sampai pada mahasiswa…

    PUDEK 3 TAK TAHU APA2
    PUDEK 2 TAK BISA APA2
    PUDEK 1 HANYA BISA TEORI SAJA
    PAK DEKAN CUMA BISA MARAH2

    KAMI MAHASISWA HANYA BINGUNG…KALIAN ADALAH PEMBIMBING KAMI..JIKA KAMI DIBIMBING SEPERTI INI KEMANA KAMI…

    TERAKHIR..
    JANGAN CUMA MIKIRIN UANG..
    DOKTER ITU HARUS BERKUALITAS…

    MUNGKIN ORANG TUA DOSEN2 KAMI SEORANG YANG TIDAK MAMPU NAMUN DAPAT MENYEKOLAHKAN ANDA,,,
    NAMUN BAGAIMANA SEKARANG JIKA ANDA BERPROFESI SEBAGAI PETANI KECIL..APAKAH ANDA SANGGUP MENYEKOLAHKAN ANAK ANDA DI FK. UNSRI..

  8. Nightmare berkata:

    Hmm…..
    sangat menarik….

    Welcome to the rebellion land…

    Membaca, menelusuri, memahami, dan merasakan kisah anda, benar2 sesuatu yang sangat menarik..

    Mr. Rizkiadi, saya rasa semua yang anda uraikan di atas cukup dengan agak sempurna menggambarkan kekolotan ala jaman jebot dan penindasan ala kekerasan I..N, yang terus berlangsung dalam sistem organisasi kita,
    tapi, apakah sistem kita juga akan ditutup gara2 hal itu?
    jawabnya tentu tidak, karena menurut saya, sangat sukar menghapus watak yang sudah, mungkin benar kata anda, “terselip secara genetis”, tapi saya lebih setuju dengan kata termutasi oleh multifaktorial,
    orang2 besar yang kolot selalu merasa besar dan tidak mau mengalah karena itulah yang mereka rasakan sewaktu menjadi orang kecil, jadi orang2 kecil setelah mereka juga mesti merasakan apa yang mereka rasakan….

    apakah keadaan ini bisa diubah??
    tentu saja bisa,
    dan menurut saya, orang2 yang dianggap gila seperti anda lah yang bisa mengubahnya,
    karena orang2 yang dianggap gila seperti Wright bersaudara, Galileo Galilei, dan para penemu berjasa lainnya lah yang telah berhasil melakukan perubahan….

    usaha anda tidak akan sia-sia,
    tapi saya ingatkan, pikirkanlah dengan matang setiap langkah yang telah dan hendak anda ambil…..(maaf kalau saya terkesan mencap anda sebagai orang yang berpikiran pendek, tapi jujur saya tidak bermaksud demikian)

    …again

  9. Anak tiri berkata:

    Saya nunggu2 jawaban pak rizikiadi, tapi teman saya japra udah ngejawab; katenye PUDEK 1 bisa teori aje pantes ada rakus disemester khusus ya pak. Kayaknye mudah jadi dokter sekarang ya pak?

  10. Santun Penjilat berkata:

    Tanggapan buat mahasiswa penikmat kesantuan Irfanudin

    Situs ini jadi menarik kerena berhasil menyibak basic instink dari orang-orang yang sehari-harinya tampak santun. Saya amat heran mengapa reaksi (komentar) pembaca bernada caci maki yang dikirim oleh orang-orang bernama sandi. Ada arismonyet, ada panthek, dan banyak lagi. Dan tiba-tiba Irfanudin menulis komentar dengan nama jelas, sembari menjelaskan pula nama ARS. Sekarang segalanya sudah terang benderang, meskipun hanya di dunia maya. Saya harus pula mengingatkan pada ARS agar jangan terjebak pada keterusterangan Irfan. Menurut saya ini adalah salah mata rantai dari serangkaian rencana oknum di UPEP yang menganggap anda seteru. Sekilas Irfan tampak berbudi luhur untuk menengahi konflik, tetapi sesungguhnya dia dipasang rekan-rekannya (tentu saja Irfan termasuk salah satu anggota oknum yang berkomplot itu) untuk mengungkap penyamaran ARS.
    Selesai ini, mulailah rencana pembunuhan karakter si ARS. Komentar tertulis mahasiswa peserta raker ialah bukti otentik, meskipun saya sesungguhnya menyangsikan tulisan itu adalah buah karya mahasiswa itu.

    Saya tak habis pikir mengapa respons dari orang-orang terdidik dan religius tertulis sekeji itu. Padahal yang tersurat pada tulisan si empunya (saya tak tahu apakah si pengelola sekaligus penulis) Blog hanyalah masalah bahwa dia diisukan tidak mengumpul soal pada Blok 6 KBK dan kompetensi.

    Yang pertama tentu saja tak bisa dibuktikan, karena sifatnya isu. Tapi ketua UPEP (saya yakin yang bernama samaran itu oknum UPEP) mestinya bisa mengklarifikasi apakah ARS memang terlambat mengumpul soal, atau memang kesalahan anak buahnya. Tapi, maaf kalau saya agak lancang, ketua tidak bertindak seperti itu. Barangkali itulah sebabnya mereka yang tua-tua di UPEP dilecehkan oleh yang muda-muda, sehingga berani menepuk dada sebagai pembaharu pendidikan di fk.

    Jika setelah klarifikasi ARS ternyata memang terlambat mengumpul soal, berarti dia memang bersalah dan harus (kalau perlu dipaksa menuliskan maaf itu pada Blok ini) mohon maaf. Yang kedua, soal kompetensi. Saya juga risau dengan masalah ini. Kompetensi sepertinya tidak pernah digubris. Dalam hal ini saya sepakat dengan ARS. Lihat saja dosen pengajar pada Blok 1 angkatan kedua KBK ini. Blok yang berjudul “Komunikasi” ini belum juga menghadirkan mereka yang benar-benar kompeten di bidangnya. Saya tak berkehendak menuliskan mereka yang mengajar. Dan saya yakin seyakin-yakinnya kalau penentuan dosen Blok 2 dan 3 akan mengulang kesalahan ini seperti ini.

    Kompetensi menurut saya bisa dinilai dari dua aspek, yaitu kompetensi di bidang administratif, dan bidang keilmuan. Di bidang administrasi, seorang dosen baru boleh dilepas mengajar sendiri di kelas setelah yang bersangkutan berpangkat III c. Di bidang keilmuan, apa ada dosen-dosen yang terpilih sebagai mengajar memiliki ijazah sarjana komunikasi, apalagi medical communication. Jika tidak ada, apa ada dari mereka yang berkecimpung di bidang komunikasi (bisa dilacak dari publikasi ilmiah yang bersangkutan). Lebih jauh lagi, apakah mereka yang diangkat itu memiliki kemampuan komunikasi?

    Jika ditilik dari saling hujat di Blok ini (sebetulnya bukan saling hujat, tetapi seorang ARS dihujat oleh serombongan orang) berarti sebagian orang-orang UPEP (tentu saja yang ikut dalam rombongan penghujat) benar tidak berkemampuan komunikasi. Kalau mampu, dia tak akan mengalami kesulitan menjawab hanya dua persoalan di atas. Jika dia memang santun, caci maki itu tidak akan pernah nongol dalam Blog ini.

    Kompetensi, lebih jauh lagi, bukan hanya masalah dalam pemilihan dosen Blok. Kompetensi sesungguhnya sudah tidak diindahkan lagi dalam pemilihan dosen pembimbing penulisan tesis mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS). Beberapa pengajar di bagian klinis dan peserta didik PPDS telah sering mengeluhkan itu. Baru saja berlangsung, di bagian ilmu penyakit dalam, seorang yang dipercayakan mengajar metodologi pada program pasca sarjana Biomedik dan PPDS, salah dalam membimbing proposal, sehingga mahasiswa yang bersangkutan tidak lulus. Kesalahan itu bukan baru sekali ini dia buat.

    Bagi mahasiswa yang terkagum-kagum pada dokter Irfan boleh-boleh saja. Tetapi jangan terus merendahkan dosen lain. Saya juga kagum pada tokoh muda ini. Dia amat santun, terutama pada orang yang lebih tua dan pejabat. Tapi apa kamu mengerti beda santun dengan menjilat. Apa mungkin dia memarahi Gubernur, atau Dekan misalnya. Saya tahu siapa kamu, yang hadir di raker itu, atau yang selalu mengintili Irfan semasa PON 2004. Dengan menulis ini saya tidak sedang mengancam, tapi saya hanya hendak menasihati agar kamu jangan terlalu cepat menuliskan pendapat sebelum paham benar apa yang kamu tulis, dan siapa pembaca kamu.

    Kamu terlalu memuji tokoh muda, yang santun itu. Padahal, sebagai anggota BEM, sebuah organisasi besar mahasiswa, kamu mestinya berpikir bahwa seorang muda tidak akan menjadi tokoh kalau tidak ada yang tua. Maksud saya, tokoh muda itu tidak akan muncul kalau tokoh tua tidak memberi kesempatan, sambil tentu saja memberi arahan. Sayang sekali tokoh tua di UPEP ini banyak yang bego, mau saja dihormati di depan tetapi diejek di belakang.

    Dengan pujian tertulis ini kamu telah menghina tokoh tua yang ada di UPEP. Jika tidak ada orang muda seperti Irfan tidak akan ada pembaruan pendidikan. Dan kamu membaptis Irfan sebagai pembaharu pendidikan. Kamu tahu tidak bahwa KBK itu bukan konsep si Irfan (dan cs nya yang muda-muda itu). Ini konsep orang pusat yang dipaksakan harus diselenggarakan oleh setiap perguruan tinggi. Jadi, KBK itu telah ada, tinggal bagaimana cara menerapkan di fakultas masing-masing.

    Di efka ini pun bukan rombongan Irfan yang membidani pembelajaran berbasis KBK. Adalah Prof. Kamaludin yang membawanya dari Jakarta dan menyosialisasikannya. Akan tetapi karena beliau keberatan menerapkan sistem KBK pada tahun jaran 2006 kemarin, maka Dekan mengangkat rombongan Irfan. Mereka mau disuruh karena santun, atau takut menolak, atau berharap bisa cepat naik ke jenjang yang lebih tingggi lewat jalur ini, kamu tidak tahu kan. Jadi berhati-hatilah jika berbicara dalam bentuk tertulis.

    Rombongan tua di UPEP bahkan lebih pintar daripada Irfan. Dokter Rizal Sanif mendapat pujian sebagai mahasiswa cerdas ketika di UI, juga Alsen ketika di Unpad. Irfan sendiri, tolong pujian dari dosen mana yang telah terlontar atas kepintarannya. Irfan juga tidak konsisten dengan kompetensi ini. Dia katanya jarang dibayar meski kerja sampai sore di UPEP. Saya tidak tahu benar tidaknya, namun mengapa dia tetap bertahan? Karena ingin mempertahankan akreditasi A?

    Setahu saya tidak ada isian pada penilaian akreditasi perguruan tinggi yang menilai keberhasilan atau ketidakberhasilan dalam mengaplikasikan program KBK. Penilaian yang ada bertumpu pada tridarma perguruan tinggi. Salah satu tridarma itu adalah penelitian dan pendidikan masyarakat. Unit penelitian (UPKK) yang dipimpin dokter Syarif sekarang tidak berbuat apa-apa untuk mendorong pertambahan jumlah penelitian di sini. Buktinya, untuk dana OPF dan DIK saja kini tidak ada lagi(apalagi dana hibah bersaing, dan risbinkes), padahal 7-8 tahun sebelumnya efka selalu mendapat persetujuan minimal 8 judul (rata-rata) penelitian. Nah, sekarang berapa? Coba anda yang mahasiswa terampil ini selidiki.

    Belum lagi pengabdian kepada masyarakat, yang juga dinilai dalam penilaian akreditasi perguruan tinggi. Unit ini dipimpin oleh dokter Irfan, tetapi meja kerjanya berdebu. Jika dia konsisten, jika dia mau total play dalam KBK, mestinya dia konsekwen menanggalkan jabatan ketua unit pengabdian. Jika dosen yang kamu kagumi itu memang bertujuan hendak mempertahankan akreditasi efka, mestinya dia mati-matian mengembangkan unit pengabdian. Setelah membaca sebagian bukti ini, apakah kamu tidak was-was kalau akreditasi efka ini menurun menjadi C. Penilaian akreditasi akan dilakukan awal tahun depan, ketika kamu masih duduk di semester 6 atau 8. Jika benar nilai C, berarti kamu tidak bisa diuji oleh dosen efka ini, tetapi oleh efka lain, barangkali Unand. Coba kamu bayangkan, berapa waktu dan uang yang harus dikeluarkan untuk itu, karena kamu harus membayar dosen penguji tamu (termasuk fasilitas hotel bintang lima tempat dia menginap serta oleh-oleh yang wajib di bawa pulang; belum kalau dia membawa keluarga). Dan jika nilai akreditasi itu benar-benar C apakah tokoh muda mu itu bisa dimintai tanggung jawab? Pertanyaan lain, apakah idola mudamu yang di UPEP itu telah menyiapkan program khusus untuk mahasiswa semester V, yang jika mengulang tidak ada lagi kelas non KBK di bawahnya. Tugas UPEP kan bukan hanya KBK. Adalah juga tugas BEM untuk mengayomi seluruh mahasiswa.

    Dokter Irfanuddin SpKO juga memimpin Skora (sentra kedokteran olahraga), yang sejak diangkat belum pernah beraktifitas. Saya amat sangat salut dengan dosen muda ini karena keberaniannya menerima amanah yang begitu banyak tetapi tak bisa melaksanakan amanah itu. Penebar issu kalau ARS mau bayaran terlebih dahulu sebelum mengumpul soal juga Irfanudin. Saya mendengar sendiri ucapannya menjawab pertanyaan seseorang dalam mobil angkutan dosen di perjalanan Palembang-Inderalaya. Katanya kepada dokter Legiran yang duduk di dekatnya, “Wong tuo-tuo ni memang paya. Waktu membangun UPEP dak katek yang galak. La tau duitnyo baru ribut”. Sekali lagi saya ingatkan pada kamu mahasiswa cerdik, UPEP bukan dibangun oleh Irfan cs. UPEP itu sudah ada dalam statuta perguruan tinggi.

    Mestinya kalian kalau tidak cermat tidak usah ikut-ikutan nimbrung. Kamu yang menghamba pada Irfan semasa PON tahun 2004 kan (dan yang hadir pada praraker KBK), yang sekarang masih duduk di semester 5 dan 7. Kamu yang menghina buku sejawat saya sebagai diktat, dan materinya dengan mudah bisa diunduh dari internet?! Kalau memang demikian, mengapa buku itu (atau diktat itu) kamu beli? Tidak berani bilang tidak agar terlihat santun? Jika ya, berarti bibit penjilat telah tersemai pada diri kamu. Atau orang tua kamu mendidik demikian?

    Saya tidak percaya kalau ARS memaksa, atau setengah memaksa membeli buku atau diktat. Yang saya tahu pernah memaksa justru …. saya tak sampai hati menuliskan namanya di sini (tapi kalau terpaksa nanti akan saya beberkan juga). Kasusnya, diktat hasil penyekenan dari buku teks yang penuh gambar, dijual dengan harga kalau tak salah 80 ribu sebuah. Pola pemaksaannya ialah mengharuskan seluruh mahasiswa membuat jawaban soal di diktat itu juga. Jika tidak, jawaban tidak akan dipriksa. Katakan ini pada sejawat idolamu itu.

    Sebaiknya, mumpung masih jadi pejabat BEM, kamu perjuangkan hak mahasiswa seperti rotasi yang macet dan berbau kolusi, karena satu saat tidak lama lagi kamu akan mengalami itu. Atau kamu memang telah menyiapkan jaringan untuk berkolusi?

    Kepada murid saya dokter Yuwono jangan cuma ha-ha-hi-hi mengejek ARS dengan berganti-ganti nama samaran. Coba kamu baca lagi lafal sumpah dokter (saya akan menghormati guru-guru saya …). Saya juga ingin mengingatkan kamu agar tidak mengucapkan ejekan yang berbau etnis, seperti panthek. Dalam komunitas minangkabau kata itu amat jorok sekali. Kata itu baru boleh diucapkan untuk mereka yang memang terbukti melakukan kesalahan besar. Pak Erial Bahar (PD I) itu juga orang Minang, yang tempat lahirnya sama dengan ARS. Bagaimana kalau kamu orang Jawa transmigrasi (maaf, ini sekedar contoh) dikatai “…dasar orang trans, kalau sudah bisa pakai sepatu mulai berlagak bos…?”. Saya mengusulkan kamu jawab saja pernyataan si ARS itu. Tidak usah mengancam mau memecahkan kepala (kalimat yang kamu ciptakan bersama Irfanuddin dan Sadakata kan?), atau mati kowe. Nanti kalau dia mati beneran kamu yang diciduk. Mau menghentikan riwayat si ARS gampang, tabrak saja mobilnya yang rongsok itu, atau kamu santet (saya dengar kamu jagoan nyantet). Selesai. Tapi kamu juga harus ingat, nyawa di tangan Allah.

  11. JAPRA berkata:

    MUNGKIN SAYA MENGENALI “KODOK, NIGHTMARE, SANTUN PENJILAT”

    TULISANNYA TERLALU BAGUS….MUNGKIN DIA SEORANG DOSEN YANG BERKECIMPUNG DI BIDANG PENELITIAN…

    APAKAH DOSA MEMBIARKAN KEKACAUAN INI MERAJARELA…

    SEBAGAI SEORANG MAHASISWA BUKA TANPA RISIKO UNTUK BERBICARA LANTANG….
    HAL ITU PERNAH SAYA COBA LAKUKAN SAAT MEPERTANYAKAN MENGENAI TRANSPARASI DANA IWM DAN TPP?

    SAYA MENDAPAT INFORMASI, BAHWA PAK DEKAN BERKATA “TPP BERGUNA UNTUK MEMBANTU DANA SPP YANG TERAMAT KECIL”…

    MUNGKIN HAL ITU CUKUP LOGIS SAAT ITU..
    NAMUN KEMUDIAN SAAT DANA SPP DAN IWM MEMBENGKAK, TERNYATA DANA TPP MASIH SAJA DI PUNGUT…

    BAGAI MENJILAT LIDAH SENDIRI…

    SUDAH MENJADI RAHASIA UMUM, BERBICARA LANTANG BUKAN TANPA RISIKO….ANGGOTA BEM YANG AKTIF TERKADANG MENDAPATKAN “BLACKLIST” UNTUK DIPERSULIT SAAT KKJ ATAU KKS….

    MEMANG SUATU PILIHAN SULIT….
    SAAT GELAR DIPERTARUHKAN…..

    PINTAKU>>>
    JANGANLAH SELAU MENEKAN KE BAWAH….

    DAN YANG MEMPUNYAI KEKUASAAN BERBICARA, BICARALAH DENGAN LANTANG……

    BAGAI AYAM BERBULU MUSANG SEMUA TELAH TERBUKA…

    MUNGKIN DI SINILAH KU LANTANG BERBICARA…
    SEDIKIT MENGOBATI LUKA…
    UNTUK FK UNSRI YANG KUCINTA…..

  12. JAPRA berkata:

    Mungkin hanya sedikit yang saya ketahui tentang KBK….

    Kemarin saat perjalanan pulang seusai kuliah di Indralay, saya bersama dengan salah satu dosen Patologi Anatomi.
    Celetukku “bagaimana hemat ibu tentang KBK”
    Dosen itu berkata ia tak tahu arah KBK ini,…

    Bagaimana tidak saat praktikum mereka tak tahu apa-apa, lalu saya bingung apa yang hendak saya ceritakan, terutama anak yang katanya kelas internasional..cetusnya

    Dokter ini mau jadi apa?…kalian yang sudah diajarkan berkali-kali masih saja mengalami kesulitan apalagi mereka yang katanya belajar sendiri atau kosong tak membawa apa-apa…tambahnya.

    Memang tak sepenuhnya salah sistem KBK, pasti ada sisi positifnya…
    Kemudian saya berpikir…Bagaimana jika mahasiswa di berikan sistem lama selama 4 semester…kemudian baru diterapkan sistem integrasi ilmu yang katanya KBK walaupun bakat integrasi disiplin ilmu juga dimilki para mahasiswa sistem lama….

    Jadi mahasiswa telah memilki kemapuan dasar yang memadai, diharapkan bisa mendiagnosis skenario yang di berikan dengan tepat….

    Pengmatan saya di lapangan KBK justru mengurangi ilmu yang mereka dapatkan…
    Apakah mereka mendapatkan pengalaman yang amat berharga dari tiap-tiap dosen yang mengajar, bayangkan jika tiap bagian mempunyai puluhan dosen dan tiap dosen mempunyai 10 pengalaman lapangan….
    Amat Ruginya KBK…..

    Ada hal yang saya perhatiakn menyangkut moral,..lagi-lagi saya kritisi kelas internasional (tanpa maksud merendahkan)….
    “Saat dosen mengajar di temukan beberapa mahasiswa sedang meyaksikan adegan syur di “notebook”..yang katanya digunakan untuk fasilitas belajar mereka….

    Apakah para pejabat FK tak mengambil pengalaman masa lalu….
    Sejarah yang saya baca bahwa pada TA 2001 dibuka kelas khusus(ekstensi)…namun apa yang terjadi akreditasi Unsri turun hingga menyentuh level “c”..

    Harus fakta ini membuat para pejabat mempunyai pertimbangan matang dalam penyeleksiaan mahasiswa untuk kelas internasional….

    Saya telah mengetahui kenapa dekan membuka kelas internasional…menurut kesimpulan dangkalnaya…” mahasiswa FK Unsri mempunyai nilai TOEFL TEST diatas angka 500, hal ini membuat layak FK unsri Untuk mendirikan kelas internasional”….

    Tapi bagaimana jika hasil TOEFL TEST kelas reguler lebih besar dari kelas internasional..Apa yang bisa di katakan dekan…mungkin hal ini yang membuat TOEFL TEST yang direncanakan dilakukan saat OPDIK, tiba-tiba batal…..

    Hal janggal lainnya….
    Apakah semua dosen memguasai bahasa inggris dengan baik,..hal ini mengakibatkan dosen harus dipilah-pilah…tentunya ada salah satu kelas yang dirugikan…

    Mendelik dari tulisan “Santun Penjilat”…dikatakan, Banyak dosen yang mengajar tak sesuai dengan keahlianya(tanpa merendahkan dosen tersebut)….
    Hal ini mengingatkan tentang mata kuliah ilmu filsafat…dikatakan, “Ilmuwan tak mungkin menguasai semua disiplin ilmu”….

    Banyak dana yang telah terkucur untuk sistem ini, Alngkah dzalimnya kita jika uang dari kristalisasi keringat para wali murid sistem KBK…Tak maksimal…Astagfirullah…

    Sebagai salah seorang yang memilki pergaulan yang bisa dikatakan lumayan…Sistem ini hangat juga dibicarakan oleh para mahasiswa kedokteran di Indonesia…seperti di USU dengan sistem PBL-nya, UNAND dengan “Base Learning-nya” dan universitas-universitas lain yang tak mungkin saya ceritakan kesemuaanya saat ini..

    dari: seseorang yang peduli akan FK Unsri yang terlihat sepi namun memberontak di hati…

    • idopathic doom berkata:

      dok… Ini lah jeritan yang saya rasa….
      Sebenernya kami dididik untuk jadi apakah nantinya?

      Sepintas saya pernah baca di salah satu situs yang intinya menjelaskan bahwa alasan dirombaknya kurikulum KBK adalah untuk merubah Techer Center jadi Student Center. Ilmu kedokteran berkembang pesat katanya. Sudah saatnya mahasiswa membuka gerbang informasi deras-derasnya tanpa arah.. Konsep seperti itu tentu mudah terlaksana bagi mereka yang sudah mantap, minimal mantap ilmu dasarnya. Atau bagi para dokter, untuk mencari sendiri sekian banyak informasi terbaru dan menyaringnya tentu mudah.. Tapi bagi kami itu sulit…
      Apa yang dinamakan ‘triger’ dalam KBK tidak cukup memberi arahan, bahkan hanya menjadi asap hitam dalam gelap, tidak memberi cahaya… Terlalu banyak informasi sesat diinternet yang akan salah jika tidak ada penuntun dari mereka yang kompeten..

      Kami tidak bisa dilepas begitu saja…
      Dalam perkuliahan yang dinamakan ‘IT’, terkadang saling tumpang tindih. Malah terkesan terpecah belah, tak terintegrasi. Satu contoh, misal kuliah onkologi, para dosen malah saling sibuk mempertanyakan mengapa onkologi tidak masuk di blok anu malah diblok inu…. Kemudian saat IT ini, dosen bertanya kalian sudah dapat IT ‘inu’ sebelumnya? Seakan2 akan tidak ada sistematika dalam memberi materi pada mahasiswa….

      Dalam hal praktikum, jujur saja dari praktikum yang tidak tidak bersifat ‘kontinyu’ dalam 1 blok cuma 4 praktikum yang sulit menjalin keterkaitan antar tiap praktikum, rasanya yang didapat cuma NOL besar…. Dalam praktikum seakan2 kami sudah punya modal dasar, padahal dalam IT pun tak tidak tergambar.. Kami bingung dengan sistem yang macam ini… Kami tidak mendapat pemahaman yang menyeluruh tentang FIsiologi, Kami tidak mendapat pemahaman yang utuh tentang Anatomi, semuanya seakan terpecah-pecah dan tersekat-sekat oleh apa yang dinamakan blok….

      Saya sependapat dengan pandangan dokter yang mengatakan ada baiknya 4 semester kami diberi ilmu dasar.. Baru selanjutnya dimantapkan dengan skenario2 dan alisa kasus…… Jadi dalam membahas skenario, minimal kami sudah punya modal, ato sudah pernah ingat….

      Dok.. Jujur.., kadang dalam 1 IT, materi yang disajikan itu bagaikan materi 1 buku penuh. Sedang dalam 1 hari terkadang ada 3 IT. Dan waktu yang tersedia bukan cuma buat IT, ada pula praktikum dan tutorial. Bagaimana kami bisa mendapatkan semua itu?

      Satu yang kami takutkan, KBK ini belum ada indikator keberhasilannya. Kita belum bisa menyatakan KBK berhasil atau KBK gagal, karena belum ada lulusannya. Dan apakah kita masih harus tebak2n berhasil atau tidak lulusan KBK?

      Okelah kalau berhasil, syukur Alhamdulillah…. Tapi coba lah dievaluasi, untuk angkatan tertua KBK saja, apakah ilmu kedokterannya sudah mantap setelah ditempa dengan KBK ini? Bukannya apa.. Kalau ternyata kami gagal, bapak dan ibu dosen ini ada tanggung jawab apa terhadap kami?
      Bapak dan Ibu mungkin bisa mendidik mahasiswa baru dengan mengkoreksi kegagalan dari sistem lama menjadi sistem baru yang lebih baik. Tapi kami yang sudah terlanjur gagal? APa kami kelinci percobaan KBK?
      Wallahu’alam bi shawab..
      Satu hal, kami adalah generasi penerus bapak dan ibu dokter……… Kami tidak berharap banyak, tapi kami tidak bisa menjadi penerus kalian tanpa bantuan kalian sendiri…., sebagaimana bapak ibu yang menjadi seperti sekarang karena jasa pendahulu bapak ibu.
      Thx.. wassalam…

  13. Anak tiri berkata:

    Selamat ulang tahun yang ke45; bravo dan jayalah fk ku. Selamat juga, adanya alumni baru ( yang dari IPS) dengan prestasi nilai profesi cum-laude. Mudah2an ini dapat menjadi contoh dimasa-masa yang akan datang (mungkin pertama kali di Indonesia), bahwa tamatan SMU IPS dapat masuk ke Fakultas Kedokteran tanpa memilah-milah lagi apakah dari IPA, IPS atau IPC

  14. Funny-Junkies-Pukimak berkata:

    Maju Terus ARS! pantang mundur.
    Perubahan memang menuntut pengorbanan, dan anda adalah agen perubahan di efka yang makin acak kadut ini.
    Mentang-mentang anak Profesor (Pentium IV kali….)walaupun IPS pacak cumlaude, padahal dipelajaran preklinik ado yang dak lulus.
    ARS adalah tipe manusia langka yang selalu gigih mempertahankan hak menentang yang bathil, dan aku jadi inget krang lebih 25 tahun yang lalu makmano dio ngulang berkali-kali di Neuro karena mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai calon dokter. Aku setuju bahwa buku adalah hasil karya intelektual, yang tidak dapat diperjual belikan semaunya, apalagi dengan memfotokopi, sebagaimana banyaknya dosen yang menjadi diktat(or), hanya menjual diktat.
    Mungkin saat ini banyak mahasiswa yang hanya asal jadi dokter, dak taunyo setelah lulus dak pacak apo-apo.
    Akreditasi pacak dibeli….. jangan percayo dengan hasil akreditasi saat ini yang bersifat sementaro, yang penting makmano kagek setelah jadi dokter pacak dak ngamalke ilmunyo.
    kalu mahasiswa bae sudah kurang ajar mudah2an setelah jadi dokter kagek dihajar masyarakat.
    Tentang KBK dak usah dibanggake igo, maaf anak saya yang di SMP dan SD di Jakarta pun sudah KBK, karena ini sudah keharusan secara nasional ditiap level pendidikan. Jadi kalu ado yang ngaku jadi konseptornyo, itu kunooooooooooo.
    Apolah artinya SpKO, SpOG,SpB dan seterusnyo kalu ilmunyo dipake untuk nipu dan membodohi masyarakat, tidak ada kejujuran ilmiah lagi, diktat hasil bajakan karya orang lain. kalu ARS bukunyo jelas sudah dipublish dimano-mano, itu artinyo sudah dalam level yang membumi.
    Untuk Adik dr.Irfan janganlah anda menjadi lonte, semua jabatan, pekerjaan maunya diambil tetapi tidak satupun tertuntaskan (Pengabdian? atau Rakus alias kemaruk).
    Katonyo sudak KBK tapi untuk skill-Lab minta sumbangan kemano-mano termasuk kami yang sudah alumni puluhan tahun lalu, dan bagaimana dengan Dana Abadi yang sama dr. SyAz (yang 500 juta) itu? nguapnyo kemano bae?
    Yuwono, Sadakata (Sinulingga? ya) Aku dak kenal samo kamu tapi tau sepakterjang kalian
    Insyaf lah bae sebelum maut menjemputmu

  15. jujur, saya sangat amat kecewa dengan guru2 saya. di depan kelas amat sangat santun ,namun di balik mimbar perkuliahan seperti manusia tak berakhlak.

    saya bukan produk KBK, saya adalah produk lama program pengajaran di FK tercinta ini..tapi sebagai produk lama, saya merasa diacuhkan. untuk ruangan kuliah pun, kami harus sering berebut dengan kelas KBK, apalagi dengan KBK Bukit alias ekstensi…atau yg katanya international class…whatever lah!AC yang cmn jadi hiasan, atau pengeras suara yang ngadat-ngadat rusak (smpai dosen pun mengeluh), atau lingkungan kampus yang kayak kubangan lumpur saking kotornya. jadi lebih baik ngga usah ngeributin KBK, biarin aja mereka berjalan apa adanya, nanti toh jg mereka akan ketahuan belang boboroknya seiring perjalanan waktu. intinya, KAMI MAHASISWA LAMA JUGA BUTUH PERHATIAN!!!

    untuk dr.Rizki Adi, kesuksesan itu datang berkat lemparan batu tetangga sebelah, dok. saya yakin anda pribadi yg kuat dan rendah hati. Anda tidak perlu memaparkan panjang lebar prestasi apa yang telah anda buat, tapi kami sbg mahasiswa yang anda ajar, sudah melihat kredibilitas anda dalam menulis (salah satunya buku acuan gizi itu, dok). tidak prlu gabung dengan perkumpulan orang2 yang hobinya menjilat2 demi korupsi dan koneksi.

    semangat, dok! 😉

  16. Borokokok berkata:

    Dalam hidup pasti ada pahit dan ada pula yang manis, kali ini mungkin kepahitan yang didapat oleh sdr.ARS, tapi insya Allah kelak dikemudian hari anda akan menuai kemanisan dalam hidup anda.Kapanpun itu, saatnya akan tiba kebenaran menumpas kebathilan,bisa lewat anda atau le3wat agen-agen perubahan yang lain. Untuk para petinggi efka UNSRI tercinta, buktikan anda bekerja bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok…. tapi untuk kemaslahatan ummat, jangan pilih kasih dalam memberikan ilmu kepada murid-muridmu, KBK kek, SKS kek semua punya hak yang sama. Anda sekalian akan merasakan dampaknya ketika anak-anak murid yang anda didik akan mulai masuk co-schaap di RSUMH….. apakah dengan jumlah yang swebanyak ini dapat mencapai mutu yang optimal?????
    cawwww, see yau!!!!

  17. jijik nian samo booom berkata:

    ihhhh… booom itu anak FK?

    Bahasa kmu gak berpendidikan banget ya…

    kita kan anak FK berpendidikan dikit dong..

    ihh…

    masih ada orang tua gak ?

    pasti orang tua kamu menderita lahir batin dunia akhirat punya anak kayak kamu…

    lebih kasian lagi kami yang punya temen atau kk tingkat kayak kamu…

    amit-amit…

    iiiiiiiiiiiiiiiiiih….. jijay!!

  18. Leting 80(ASLI) berkata:

    Untuk Kalempong…… . Anda salah besar……
    Leting’80 ado wong 55 bukan 58 ( sok tau lu yeeee)…. Dan tidak semua satu visi dengan sdr SHP..
    Dileting ini ado Blok Plaju (AN SE U…..) Ado Blok Kertapati…. Ado Blok Dwikora Kampus ( SHP dkk), Ado Blok Sayangan Kuto (ZAH dan Rajo Cs)dan banyak faksi-faksi lainnyo…(yang non afiliasi…)
    Jadinyo banyak kendak dan banyak kepalak dan idakdo pernah kompak ( kito setuju dengan istilah kompak waktu ujian bae….)
    Jadi buat Anda Kalempong… Jangan-jangan Anda ini yang suka pake namo leting’80???
    Anda juga jangan-jangan yang sangat Rassssial di Bag.Gizi dimana tempat SHP,ARS SUSANTO (yang keluar gara-gara dak dapet izin sekolah dan dihujat dengan kata-kata berbau rasial) berkantor.
    Kalu si SHP pacak jadi pejabat dilingkungan efka unsri tercinta Alhamdulillah ado leting ’80 yang maju….. tapi kalu dengan caro-caro yang tidak terpuji dikemudian hari dio melaksanakan pekerjaan dan tugas2nyo sebagai pejabat… Naudzubillah min dzallik.
    SEKALI LAGI BUAT ORANG-ORANG YANG BUKA LETING’80 JANGAN COBA-COBA MEMAKAI NAMA LETING’80 UNTUK KEPENTINGAN DILUAR LETING’80…….. Yeeeee.
    cyau

  19. anak kecil berkata:

    Bagi orang muslim, apakah sholat lima waktu kita tidak cukup untuk menjadikan diri ini sebagai manusia yg cerdas????
    Manusia yang cerdas adalah manusia yang mempersiapkan dunia dan akhiratnya.
    Manusia yang cerdas adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
    Jika kita adalah manusia-manusia cerdas, marilah kita mempersiapkan masa depan kita dengan cara yang terbaik yang bisa kita lakukan, tentunya cara itu tidak mengganggu hidup orang lain, dan yang paling penting cara itu harus berakhlak.
    Jika ingin mengubah sesuatu yang jelek, bukan dengan cara membuat yang jelek itu menjadi semakin jelek kan???
    Ibarat jika ingin memperindah dinding yang penuh cap telapak sepatu yang kotor, kita tentu tidak menambah banyak kotoran di dinding itu dengan coretan spidol yang tidak karuan kan???
    petama kali kita pasti mencoba membersihkan kotoran itu dengan air atau apapun, kalau tidak bisa bersih, kita akan menutupinya dengan dempul, baru selanjutnya kita cat dengan warna yang indah, yang disukai banyak orang, dan tidak membuat orang yang melihatnya menjadi silau dan terganggu.

    Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua hal, yakni seseorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada sasaran yang benar,dan seseorang yang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.

  20. nasib_kami berkata:

    salam hormat bapak2 dan ibu’ dr yang kami hormati,,
    tolong dong anak bukit,,
    kampus koq seperti sd ekspress,,atep bolong2,,
    ap qt perlu buat proposal ke diknas biar dapet dana BOS,,huhu

  21. Sadarlah Oii..!! berkata:

    EfKa ohh Efka ..!!
    sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau ..!!
    sekarang telah menjadi lautan api…!!
    Mari bung rebut kembali..!!!
    ini mungkin sebagai salah satu contoh , mengapa kita tidak pernah maju…!!
    Karena hampir semua adalah BANGSAT…BANGSAT..yang berperut buncit..!!

  22. AlumniUNSRI(keCEwa) berkata:

    salam dr. rizkiadi

    Saya, alumni fk, fresh graduate.
    Sejujurnya, untuk menyebut diri saya sebagai alumni fk, saya setengah malu dan bangga.
    Di satu sisi, saya bangga dan berterimakasih kepada para guru-guru saya dari SM 1 hingga SM 8 (preklinik) dan SM 9-12 (KKS), berkat merekalah saya dapat menjadi dan dengan bangga menyandang gelar “dokter”; namun di sisi lain saya kecewa dengan suasana “politik kampus” yang amat kental, yang saya rasakan sejak SM 1 hingga SM 12.
    Berbagai kebijaksanaan pendidikan berubah sesuai keinginan dan kebutuhan para pejabat yang sedang memimpin. Pada awal pendidikan saya, berlaku sistim konversi nilai, yang tentunya sangat menguntungkan mahasiswa, namun di pertengahan (saya SM 4), sistim ini tidak diberlakukan kembali. Usut punya usut ternyata anak “sang pejabat” baru saja lulus dan memperoleh nilai “aman” berkat sistim konversi ini, dan bagaikan sepah-habis manis dibuang, maka sistim ini pun dicela habis-habisan oleh para pejabat tersebut. BEM, yang notabene mahasiswa, berusaha mempertahankan namun tidak berhasil. Kami mengakui sistim tersebut sangat menggiurkan, namun perjuangan ini akhirnya berhenti sendiri karena kami akhirnya menyadari bilamana kami ngotot mempertahankan sistim tersebut apalah bedanya kami dengan “para perjabat” tersebut. Namun fakta “kotor”-nya FK telah tertanam dalam sanubari kami, apalagi terkait dengan politik “anak pejabat”.
    Selanjutnya kami kembali dikecewakan dengan adanya stagnasi pada rotasi kepaniteraan klinik senior. Tidak sedikit teman-teman kami yang seharusnya dapat menyelesaikan pendidikan tepat waktu, kini terpaksa menunda 2-3 bulan. Selain itu, juga tidak menutup mata terhadap adanya politik “anak dalam” dimana nilai A sudah pasti di tangan “anak-anak dalam” ini. Maka tidaklah heran bilamana pada lulusan fk ini terdapat lulusan cum laude yang TIDAK KOMPETEN. Politik “anak dalam” ini pun terus berlangsung hingga penerimaan PPDS, kursi PPDS pasti di tangan “anak-anak dalam”.
    Di atas langit masih ada langit, di atas pejabat lokal masih ada pejabat nasional. Mulai tahun 2007, para lulusan FK wajib mengikuti ujian kompetensi, dimana dengan ujian ini akan ditentukan apakah seorang lulusan tersebut, baik lulusan negeri maupun swasta, KOMPETEN dalam mengemban dan menjalankan profesi DOKTER. TUHAN MAHA ADIL. Ujian ini dilaksanakan dengan ketat, tidak dapat melakukan trik-trik curang yang biasa dilakukan dalam ujian mid atau semesteran, bahkan dengan menggunakan perangkat teknologi sekalipun. Hari ini, 12 Maret 2008, hasil ujian kompetensi telah dibagikan dalam suatu amplop tertutup kepada masing-masing peserta. Hasilnya salah seorang lulusan UNSRI yang CUM LAUDE dinyatakan TIDAK BERKOMPETEN, dan tiga orang lulusan UNSRI yang dinyatakan telah diterima di PPDS fk juga dinyatakan TIDAK BERKOMPETEN. MEMALUKAN.

    Saya ½ MALU dan ½ BANGGA menjadi seorang lulusan fk ini.
    Seorang rizkiadi adalah secercah harapan dalam memperbaiki sistim yang telah bobrok dari dahulu kala, dari pejabat yang satu ke pejabat lainnya, namun seorang rizkiadi tidaklah cukup untuk memperbaiki sistim pendidikan kita. Bagi para seniorku yang kini berada di lingkungan dalam, bercerminlah, renungkanlah, apakah engkau mengambil profesi ini untuk tujuan yang mulia ataukah untuk kepentingan pribadi. Lebih baik anda mundur dari posisi anda bilamana anda bertujuan mencari materi dan kekuasaan karena GURU ADALAH PEKERJAAN MULIA yang sakral untuk dinodai oleh orang-orang seperti ANDA.
    Namun dalam 6 tahun 2 bulan masa kuliahku di fk ini, rizkiadi bukanlah satu, ada rizkiadi yang lainnya, namun mereka masih terkondisikan “bungkam” dan berada di balik layar. Karena itu FK iniU tercinta masih bisa diperbaiki bilamana semua rizkiadi tergerak untuk memperbaiki fkU.

    THANKS.

  23. Yanti berkata:

    Setelah sekian lama memelototi situs ini saya bisa menyimpulkan kalau aris monyet sebagai penanggap pertama adalah dokter Syarif Husin. Teman kencannya adalah dokter Nazli yang sekarang jadi kelapa bagian. Mereka berdua mati-matian membunuh karakter dokrter arisman. Memang kedua orang itu tidak ada apa apa nya dibanding arisman. Sudah gelarnya panjang, tapi tidak ada tulisan ilmiah.
    Nazli mati-matian membela syarif karena anaknya yang … (saya tidak sampai hati menulis di sini) … mestinya tidak lulus pemeriksaan itu dibantu oleh syarif yang ketika itu menjadi anggota tim pemeriksa kesehatan mahasiswa baru sehingga bisa lulus.
    Yang menulis panggilan bung bagi dokter ernaldi adalah salah besar dan kurang ajar juga nazli. Suaminya sih baik, tetapi istrinya yang kelewat judes. Kalau dia menganggap panggii\lan bung itu salah dan kurang ajar, berarti dia telah menuduh hampir seluruh rakyat indonesia begitu karena telah menyebut sukarno, hatta, syahrir, dan lain-lain dengan sebutan bung. Yang menjadi bapak bangsa saja bangga dibilang bung, ehm baru menjadi istri psikiater saja sudah sombong tidak mau disebut bung.
    Soal dokter susanto yang ditulis di blog ini keluar dari bagian gizi karena ulah arisman juga fitnah yang luar biasa dari dua tokoh ini. Yang benar dokter susanto keluar karena tidak tahan lagi bertahan dalam situasi yang diciptakan oleh nazli. Jika tidak percaya tanya saja dengan dokter hardi darmawan, kakak kandungnya. Tapi susanto masih sopan, dengan orang lain dikatakan bahawa dia keluar karena merasa tidak cocok mampu lagi menjadi dosen.

  24. WONG WARAS berkata:

    Untuk avatar dum, dum

    Dari tulisan anda, kayaknya anda mengenal baik siapakah itu dr.Nazly, dr Syarif dan terakhir ARS. Kenapa anda tidak menjadi pihak penengah bagi ketiga orang tersebut. Sebagai alumni, saya tahu ke3nya orang2 gizi, ditambah dr. Dimyati. Yang menjadi pertanyaan, kenapa masalah internal gizi harus ada dalam blog ini. Dan kalau anda memang orangnya baik dan tulus, kenapa anda menjelek=jelekan ARS.?
    Satu lagi yang jadi kritikan saya, anda mengata-kan dr.Nazly tidak pernah nulis dan melihat blog ini demikian juga dr. Syarif; jadi siapakah anda sesungguhnya?

  25. Emir Fakhrudin berkata:

    Untuk klikharry, oi kawan seangkatan, alangke tega kau ngejelek ke kawan dewek , di internet pulo….

    Untuk Muko Tembok, AlumniUNSRI(keCEwa), Malu bin Muko Tembok, Kecewa teramat sangat, kecewa banget gitu loh.

    Saya Emir Fakhrudin,

    betapa terkejutnya saya ketika mendengar dari teman-teman, bahwa saya dijelek-jelekkan di blog ini.

    sepertinya kalian yang tidak tahu peraturan, tiba-tiba mau menghina orang seenak nya saja.

    Menurut PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, Pasal 7 ayat 1, Peserta PPDS/PPDGS wajib memiliki STR dokter atau STR dokter gigi serta sertifikat kompetensi peserta PPDS/PPDGS. dan ayat 2 Sertifikat kompetensi peserta PPDS/PPDGS sebagaimana dimaksud ayat 1 , dikeluarkan secara kolektif oleh KPS atas nama kolegium terkait.
    jadi, saya masuk ppds obgyn, memang belum memiliki str, dimana str yang kamu maksud itu adalah str dari konsil kedokteran yang nantinya digunakan untuk mengurus SIP, barulah kita bisa praktek, sedangkan untuk dokter peserta ppds, str yang diperlukan adalah str pendidikan yang dikeluarkan oleh kps departemen pendidikan di rumah sakit masing-masing, yang dengan kata lain, dokter peserta ppds tersebut hanya bisa melakukan pelayanan kesehatan di rumah sakit tempat ia bernaung melakukan pendidikan ppds nya tersebut.Dan tidak bisa melakukan praktek komersil layaknya dokter umum. lagipula str saya yang dari konsil akan keluar bulan juli nanti, jadi apa masalahnya? di mana letak pelanggarannya? Kamu iri dengan saya ,yang ,alhamdulillah.., saya beruntung bisa melanjutkan pendidikan saya.

    Kamu sendiri, jika kamu teman seangkatan saya, angkatan 2001, tentunya kamu pernah jaga klinik sebelum STR keluar , bukan? berarti kamu sendiri yang melanggar peraturan tersebut.

    Untuk yang lainnya, yang menjelek-jelekkan anak dokter di sini, yang mengejek-ngejek dengan sebutan “suku anak dalam”, apa kalian iri, dengan anak-anak dokter? apa salahnya mereka juga ingin menjadi dokter seperti orang tuanya? jika mungkin nilai mereka dipermudah oleh dosen mereka, yang mungkin kebetulan teman orang tua mereka, ya nasib mereka mungkin sedang beruntung. kenapa harus iri? apa mereka pernah mencelakakan kalian? pernah menjelek-jelekkan kalian seperti kalian menjelekkan mereka di internet seperti ini? saya yakin sekali jika kalian juga anak dokter , saya yakin 10000000111% akan mengalami nasib yang sama

    Untuk yang menjelek-jelekkan saya, jika kalian ada masalah dengan saya, , dan jika kalian orang yang beradab, mari temui saya, DI DUNIA NYATA, kita bicara baik-baik, selesaikan secara dewasa,kita junjung tinggi nilai-nilai persaudaraan , apa lagi kita teman sejawat. bukan dengan cara pengecut dan penakut seperti ini. Kalian hanya berani di internet saja, hanya berani di belakang saja,

    Tentu kalian tahu dimana bisa menghubungi saya.

    Untuk Pak ARS, saya menghormati Bapak sebagai dosen saya, saya tak mungkin bisa seperti ini tanpa bimbingan Bapak pada saat saya masih kuliah. Untuk itu saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Mengenai masalah di internal di fakultas, saya tidak berkompeten dan tidak berhak untuk memberi komentar.

    Salam

    Emir Fakhrudin

  26. saya berkata:

    Seorang pasien mengeluh sesak nafas. Penderita berumur …tahun, mempunyai berat badan …kg dan tinggi badan …cm. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nafsu makan menurun. Penderita ini didiagnosis PPOK, hasil laboratorium albumin 3 gr persen, analisis gas darah asidosis respiratorik, oleh dokter pada saat ini penderita dalam perawatan bed rest.
    Tetapkan dukungan nutrisi untuk penderita tersebut! Beri aspek edukasi!

  27. Muko Tembok berkata:

    Yang aku tahu.. (kareno aku sering mondar-mandir ke KKI…. salah satu syarat untuk keluarnyo STR adalah sertifikat kompetensi, baik dokter umum maupun spesialis. Nah ujian kompetensi bae dak lulus itu artinyo ybs tidak layak untuk berpredikat sebagai seorang dokter…. (apakah sampai sini sdr.Emir F mengerti….???
    Baiklah kita lanjutkan Setelah memiliki STR barulah ini menjadi syarat untuk mengeluarkan SIP di daerah TK II masing-masing sesuai permintaan ybs…. OK bisa kita lanjut lagi sdr.Emir F???
    SIP dipergunakan untuk melakukan pekerjaan profesi dimanapun sang Dokter berada/berdomisili/berpraktek……
    Dari rangkaian tersebut diatas apakah mungkin seseorang yang tidak lulus ujian kompetensi (pada saat ini ) bisa mendapatkan STR???? yang logis adalah ybs mengikuti ujian kompetensi kembali… sampai lulus…….
    Ngerti dak jang….???? Mun dak ngerti pantes bae banyak yang dak lulus ujian kompetensi….
    Kebetulan aku lulus jadi dokter waktu sdr. Emir masih pake celano kodok……. tapi mungkin bapaknyo ataupun apolah namonyo… sudah lulus duluan dari aku……. karena bapak aku bukan lulusan FK UNsri (kebetulan Dokter jugo…..) apoboleh buat aku terpakso harus bersaing PPDS di luar FK UNSRI yang jelas bukan dialmamater Bapak aku…..
    Jadfi selamat menikmati situasi yang seperti ini…. waktu dan masyarakatlah yang akan menentukan kualitas seorang dokter…. OK
    Cauuuuuu

  28. untuk Muko Tembok,

    walaahh….ini contoh orang yang baru melek teknologi , akhirnya jadi kebablasan dengan digunakan untuk menjelekkan orang lain seperti ini. Pergunakanlah teknologi sebagaimana mestinya.
    Saya sudah jelaskan secara baik-baik d tapi di tanggapi seperti ini. Mengenai kompetensi, saya akui saya gagal yang pertama, meski dengan nilai mepet (nilai saya 44,5 dan syarat lulus 45) , akhirnya ikut lagi dan lulus.tentu ini menjadi cambuk bagi saya untuk terus belajar dan mengintrospeksi diri, karena agama saya mengajarkan demikian. Tapi kalau masih ada yang mengira saya melanggar peraturan, konfirmasikan saja dengan ketua IDI. Apa yang kamu jelaskan itu, saya sudah tahu jauh sebelum mengikuti ujian kompetensi, dan di sini kelihatan sekali kamu yang tidak mengerti apa yang saya jelaskan sebelumnya.Saya tidak mau mengulangi apa yang sudah saya tulis..capek ngetiknya! Makanya kalau tidak mengerti, baca dulu dengan seksama, telaah lagi, jangan asal bicara.

    Sebelumnya saya mohon maaf, karena saya tidak pintar menghina orang seperti kamu. Dengan sejawat saja kamu bisa menghina sesuka hati, apalagi dengan pasien/orang lain. Saya tidak peduli siapa kamu, meski kamu sudah jadi dokter sewaktu saya masih pakai celana kodok, atau malah waktu masih menyusui sekalipun, tapi dari cara kamu berkomentar , jelas terlihat bahwa kamu tidak dewasa. Dari cara kamu berkomentar, terlihat seperti orang yang tidak berpendidikan

    Yang jelas orang seperti kamu tidak ada artinya sama sekali di mata saya. Menulis nama sendiri pun kamu tidak berani, ya sudah, tidak ada gunanya meladeni pengecut, seperti kamu. Waktu saya terlalu berharga untuk meladeni pengecut seperti kamu.

    Terserah nanti kamu mau jawab dengan komentar apa lagi, kamu mau menjelekkan saya dengan apa lagi.Meski saya dengan mudah telah mengetahui ip address, operating system , cpu id, dan browser yang kamu gunakan untuk berkomentar di sini dari wp database,namun saya merasa tidak ada gunanya meladeni pengecut seperti kamu. Ini terakhir kalinya saya membaca dan menulis comment di blog ini, saya tidak mau mengisi hidup saya yang dikarunia Allah secara cuma-cuma ini dengan meladeni pengecut seperti kamu di media online seperti ini, . Selamat menikmati hidup mu yang penuh kebencian , kedengkian , dan ke-penakutan itu.

    Kalau kamu masih ada yang mau disampaikan kepada saya, kamu bisa hubungi atau temui saya, jangan hanya berani di internet. kita bisa diskusi baik-baik.

    Wassalam,

    Emir

  29. Dwipaswarna berkata:

    Saya numpang lewat, googling menjari kedokteran dapat site ini. menarik sekali…..

    Mohon maaf saya kelahiran Palembang yg punya kesempatan belajar kedokteran di Australia tadinya mau cari kolega disana. Membaca tulisan dan komentar tidak heran kalau pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibandingkan diluar. Ternyata feodalisme penjajah masih sangat kental bahkan lebih “londo” dari “londo” itu sendiri.

    Sayang yah, yang senior merasa “jago” sepertinya cuma di Indonesia saja. Disini yg mudahpun sangat didukung untuk menjadi seorang profesor sekalipun. kompetensi saling dukung bukan saling mengalahkan. Orang dinilai dari kompetensinya bukan dari senioritas. Pantas kalau yang muda-muda tidak mendapat tempat di Indonesia.

  30. komentator berkata:

    Buat bung Dwipaswarna: yang jadi masalah sekarang, dosen-dosen muda (belum 8 tahun bertugas) kini banyak yang bermental “senior” yang tentu saja bergaya menekan ke bawah (mahasiswa). Bahnkan ke senirnya sendiri, yang kebetulan tidak sealiran dengan senior yang mem-backup si dosen muda.

  31. Dwipaswarna berkata:

    Tidak heran kalau banyak orang berduit di Indonesia berobat ke luar negeri singapore, malay atau bahkan ke sini australi, saya banyak diskusi dg pasien dan rekan2 dari indonesia, mereka merasa kesehatan di Indonesia sudah seperti mafia, tidak banyak dokter yg mereka percaya masih objektif. Mulai dari mafia Obat, antar kelompok dokter (seperti mafia gangster), atau bahkan ada dokter yg tega menipu pasien2 yg tergolong miskin untuk kekayaan pribadi dg banyak modus yg dipakai. Saya yg kelahiran Indonesia sangat prihatin dengan hal ini.

    Ternyata hal tersebut (mafia) sudah dimulai ketika anda para calon dokter tersebut dibangku kuliah. Anda yg menentukan apakah profesi kedokteran disana dihargai atau malah dicaci maki adn ditinggalkan. Saya yakin hanya segelintir orang yg membuat kondisi ini jelek, dan saya yakin ada banyak dokter2 yang idealis yang menjunjung tinggi profesionalisme seorang dokter.

    Maaf kalau saya boleh kasih masukan Berhentilah untuk menhardik dan mencaci maki satu sama lain diantara anda, kembangkan kompetensi setinggi mungkin dan saling dukunglah satu dengan yg lain.
    Ingat pesaing anda Dokter2 dan rumah sakit diluar negeri seperti malaysia singapore dan australi begitu senang dan menunggu untuk mendapat pasar yang besar di Indonesia. Merekalah pesaing anda yg sebenarnya dikancah globalisasi nanti, bukan teman anda apalagi antara junior dan senior.
    Dewasalah,….

  32. calon mahsswa berkata:

    jadi bingung lihat kondisi intern kampus idaman…
    sedikit ilfeel nih…….
    kok ga ada dewasa2nya yah……

  33. Alumni berkata:

    UPKK yang tidak profesional

    Saya baru saja menyelesaikan pendidikan PPDS. Di blog ini saya ingin mengkritik agar ada perbaikan dan tidak lagi dialami adik-adik kelas yang akan datang. Sungguh heran kenapa untuk menentukan pembimbing di FK kita harus di unitkan padahal di FK lain termasuk FK Unair tempat beberapa konsulen kita melanjutkan pendidikan S3 tidak demikian. Mahasiswa/i bebas memilih pembimbing demikian informasi dari konsulen saya. Dan yang anehnya, waktu mendapat pendidikan dasar (metodologi penelitian), kami mahasiswa/i PPDS sudah tahu bahwa (hanya 4 dosen yang mengajar) dokter A mengajar metodologi anu, dokter B mengajar metodologi anu; tapi pada saat kita ingin seseorang dosen menjadi pembimbing kita sesuai dengan kompetensinya (metodologi yang diajarkannya) malah diberi yang lain. Kami tidak mengerti alasannya. Apakah semua dosen mampu menguasai seluruh metodologi penelitian? Ini terbukti pada saat saya ingin memajukan proposal saya yang dibimbing oleh dosen metodologi yang tidak sesuai dengan kompetensinya. Dia hanya mengoreksi ejaan saja (cara penulisan), tetapi tidak mengoreksi metodologi yang seharusnya dia lakukan. Pada saat saya tanyakan apakah saya sudah boleh maju, si dosen mengatakan boleh. Pada saat dipresentasikan,saya tidak mampu menjelaskan metodologi yang yang saya pilih karena memang saya tidak menguasai. Dan malah sipembimbing metodologi ikut menyerang saya pada saat presentasi proposal saya.Dan saya harus mengulang? Yang menjadi pertanyaan, apakah tugas pembimbing sesungguhnya? Apakah pembimbing boleh menyerang mahasiswa/i yang dibimbingnya? Dan Pembimbing metodologi kok hanya meriksa ejaan, semestinya dia menjelaskan apakan metodologi yang dipilih oleh mahasiswa/i yang dibimbingnya sudah tepat apa belum? Dalam hati saya, dia tidak dapat menjelaskan metodologi mungkin karena dia tidak tahu metodologi yang tepat untuk penelitian saya.Dan memang yang mengajar metodologi untuk penelitian saya bukan yang bersangkutan (terkesan modal nekat yaitu dengan marah-marahj Padahal kita (mahasiswa) membayar mereka para pembimbing. Saya mohon untuk dosen-dosen saya di UPKK dengan segala hormat, seperti kata pak ARS; tolong profesional lah? Dan untuk para KPS jangan dibiarkan hal ini berlarut-larut? Bagaimana tulisan ilmiah kita mau menang (di PIT atau Kongres) kalau metodologinya salah. Saya mohon maaf, kalau ada guru-guru saya yang tersinggung. NIat saya cuma satu yaitu adanya perbaikan.

  34. Pengamat berkata:

    Bagaimana UPKK bisa profesional. Ketuanya kelelep (tenggelam) dalam jabatan: PD III, Kodik Gizi, Pengajar 3 Program studi, Pengampu stikes Perdakhi, Pengampu FK Jambi, pengampu FK Muhamadiah, Mengajar PPDS, Mengajar S2 Biomedik, Membimbing tesis spesialis dan Bimedik, dan PBR pendidikan dokter umum, serta sekretaris alumni. Baca saja di avatar si penebar fitnah dalam blog ini.

  35. dosen tega ga takut dosa berkata:

    saya mhsw fk kbk di …..
    baru kali ini baca blog nya. MasyaAllah.. dosen2 yg tadinya sangat saya kagumi ternyata aslinya.. 😦
    saya ga tau mslh intern appun di antara para dosen.
    tapi buat teman2 ku semuanya, terutama tmn2 dan kk2 tingkat di bem yg berjuang untk nasib mhswa, kalian sudah melakukan yg terbaik..
    kita berdoa saja, smg dosen2 yg ‘dicurigai’ rakus tsb bisa sadar secepatnya.. amin..

  36. 100years 2 live berkata:

    buat emir fakhrudin satu pertanyaan:sebenernya ema ada ya str pendidikan?soalnya yg saya tau cuma str dari konsil..tolong dijelaskan krn saya emg ga tau..bkn menyangsikan..soalnya saya jg pengen lanjut spesialis tp str konsil blum ada..minta no hp kamu ya..biar bisa dihubungi

  37. Wow.. Komentar2nya bikin saya bingung. Pada ngomentarin thread “Tentang saya” , “Tentang anda”..ato “Tentang kau dan aku”??

    Pokoknyaa Keep BloGGing ye, dok..

  38. Yang ga suka ama emir ngomong aja kalau iri ga bisa masuk PPDS,setiap org kan punya rezeki masing2,kalau memang kamu tuh nyadar atau kamu anak rohis pasti tahu dan ga usah iri2 ama org yg udh di PPDS ok?

  39. Umar Bakri berkata:

    Kok ngomongin masalah perorangan disini; mbok ya ngomong kepentingan institusi, misalnya suksesi Dekan bulan Januari nanti. Saya dan teman-teman mahasiswa berharap agar Bapak-bapakdan Ibu-ibu di Senat Fakultas untuk tidak memilih lagi Bpk. Zarkasih karena membuat suasana Fakultas menjadi tidak nyaman dan kondusif; serta atmosfir ilmiah menjadi luntur karena tidak adanya skala prioritas.

  40. Mahasiswa yang kecewa berkata:

    Terus berjuang Pak Arisman,,,,
    Hancurkan Tembok Besar keZaliman yang terjadi,,,
    Kami Mahasiswa hampir gila dengan sikap UPEP yang tidak pernah JELAS,,Bahkan Soal NILAI,,masa tiap keluar nilai tiap kali berubah2,,nilai sudah jelek tambah ancur,,kalu langsung ditangani dak apo2 la,,ini sudah berbulan2 dan mungkin bakal bertahun2 kedepan,,kasihan orang tua kami yang selalu menanyakan : “cakmano nilai kuliahnyo” kami jawab : “idak tau jugo mak!!!santai bae….”
    So…

    Ketidak adilan memang harus dihapus dari FK ini !!!!!!

    Saran : Pak Arisman maunya berpenampilan rapi dikit, agar masalh kecik penampilan itu tak digunakan wong yang tidak bertanggung jawab untuk memojokkan anda,,

    Terima kasih,,,

  41. Wali mahasiswa berkata:

    Saya denger mantan PD3 yang baru lalu, mobil dinasnya uda jadi milik pribadi. Seharusnya mobil itu balik ke institusi. Dikantor saya, mobil dinas bisa jadi milik pribadi apabila sudah berumur> 10 tahun dan dilelalng secra terbuka. Pak Rizki, saya cuma ngasih saran karena sebentar lagi isunya masa kepimpinan FK mau abis, agar Bapak mengingatkan pimpinan bapak untuk melaporkan inventaris barang institusi yang dipimpinannya pada laporan akhir kerjanya; dan jangan terulang lagi dengan kepimpinan baru nanti (saya harap), karena anak-anak sudah mulai gerah dengan ketidakpastian nilai.

  42. mahasiswa yang kecewa berkata:

    Mobil dinas bisa jadi milik pribadi???
    wah enaknya pak,,,,
    kalu gitu, gek mahasiswa bole bawa kursi kesayangan waktu kuliah kerumah dong,,,
    ato mungkin alat2 praktikum sekalian,,
    Nah, Jadi bagaimana supaya perkuliahan di FK ini Kondusif ???
    A> Ganti Dekan.
    B>Ganti Ketua UPEP.
    c>Ganti nama sekalian, jangan FK lagi FBM aja (Fakultas Buanyak Masalah).

  43. Ongol-ongol berkata:

    Kecian ya PD3 baru, nggak dapat mobil dinas. Mestinya dia minta dong. Tapi jangan-jangan dia nggak tau haknya atau memang karena pengekor doang. Tapi isunya kata orang dalam, Dekan bakal beli mobil kijang innova baru untuk mereka berempat. Benar nggak pak rizki.

  44. Olala berkata:

    Pemilihan Dekan uda deket, kok ndak ada gerak dari BEM atau mahasiswa/i, pengennnya siapa gitu? Jangan sampe uda terpilih baru demo….

  45. yg bagus itu pak asmuni jadi dekan soalnya beliau itu lebih mengerti situasi dan kondisi FK,beliau mengerti masalah rotasi co ass dan berbagai macam administrasi dan yg terpenting memberikan jalan yg simple terhadap mahasiswa dari segala bidang. hidup pak asmuni. i love you…….

  46. Jernih dan Terang berkata:

    Diera Globalisasi ini persaingan dalam segala bidang semakin ketat termasuk dalam bidang Kesehatan ( Baca Praktek Dokter )…. Untuk itu dibutuhkan lembaga pencetak Para Dokter ( Baca FK ) yang Handal pula.
    Di beberapa Perguruan Tinggi Ternama ( UI, UGM, UNAIR, UNPAD) persyaratan Untuk Menjadi Petinggi Fakultas ( Baca Dekan ) adalah sesorang yang berpendidikan Minimal S3…. ( Profesor tidak MUTLAK… karena ini bukan Gelar Akademik… Maaf buat Guru-Guru Saya yang bergelar Profesor tetapi Tidak S3 bukan untuk merendahkan….). Hal inilah yang tidak dibaca dan dimengerti dengan baik oleh para petinggi di SMF/Bagian/Unit-Unit yang ada…..
    Terutama (Maaf) para guru-guru yang Profesor di Klinik ( Klinisi ) Para klinisi yang tidak dibekali Ilmu Manajemen Pendidikan dan Kepemimpinan yang baik belum tentu bisa menjadi pengelola suatu Institusi Pendidikan…… Memang para Guru sekalian adalah PAKAR di bidang Keilmuan Klinis… tetapi belum tentu mampu dibidang lainnya…..
    Bagaimana tidak lebih dari 40% LULUS an FK-X ternyata TIDAK LULUS UJIAN KOMPETENSI………. MENYEDIHKAN SEKALIGUS MEMPRIHATINKAN…….

  47. ehm..ehm.. berkata:

    saya mahasiswa KBK reguler..
    dan saya merasakan bagaimana kacaunya kuliah saya..

    saya mahasiswa dan bukan kompetensi saya menilai dan mengomentari kinerja para dokter sekaligus dosen sekalian..jadi saya hanya bisa menyatakan bahwa saya suka cara berpikir dr.rizkiadi.

    tentang soca..kenapa pikiran UPEP sangat sempit??? SAYA MAHASISWA, dan secara sadar,tanpa dipengaruhi apapun, merasa soca adalah bentuk lain dari pembodohan..
    soca seharusnya untuk membuat pikiran berkembang..TAPI..jika scenario dapat berkembang akibat brainstorming yg menjadi syarat untuk mengerjakan soca dan di checklist cuma 1??? ITU APA!!! b’arti SAYA REMEDI,kan????

    terutama untuk pertanyaan synthesis..SERIOUSLY..bagaimana kami para mahasiswa bisa menulis pertanyaan yang sama persis dengan di checklist???
    KAMI KAN TIDAK MELIHAT CHECKLIST nya,dok..
    *begitulah yg saya alami pada blok 3..entah dosen penguji saya yg malas bpikir lebih lanjut, atau mmg hrs sesuai dgn checklist..

    saat SMA saya akan berusaha mengevaluasi diri saya sebisa mungkin..tapi kuliah ini saya tidak punya niat untuk melakukan EVALUASI apapun..karena saya tidak melakukan kesalahan..jadi apa yg hrs saya EVALUASI..apakah saya harus membenturkan kepala saya ke dinding karena PUNYA PEMIKIRAN SELANGKAH LEBIH DEPAN?!

    saya mmg mahasiswa reguler,tp pikiran saya paling tidak agak meng-GLOBAL..saya sudah diterima oleh 2 universitas di negara dgn tingkat pendidikan JAUH-JAUH-JAUH di atas indo(scholarship..mmg jurusannya bukan kedokteran sih..tp itu tidak menjadikannya sesuatu yang dianggap remeh,kan?)sebelum saya diterima di pdu..alasan saya memilih pdu hanya semata-mata karena ibunda tercinta.

    para petinggi fk,dan dosen2 ku sekalian..saya mohon jgn membuat saya tambah menyesali keputusan saya dahuli untuk menuruti keinginan ibunda tercinta..

    untuk dr.rizkiadi, saya sangat senang membaca blog anda, tidak menyangka ada seorang dosen yang ternyata memikirkan kami para mahasiswa..
    semoga anda dilindungi oleh tuhan dalam setiap langkah..

  48. Buram berkata:

    Setuju komentar jenih dan terang, kito nih lah burem nian. Evaluasi dua tahunan kabarnyo idak pernah dilakukan lagi.Dan katonyo pemilihan dekan kemarin bermasalah, dan lucunyo mahasiswa/i adem ayem bae

  49. abc berkata:

    jujur..
    saya sangat kecewa dengan dosen2 yang pada awalnya saya anggap adalah dosen yang baik…
    namun ternyata, beberapa dosen fk diatas saling menjatuhkan satu sama lain.
    ayo lah, jangan saling mencaci …
    kalau memang mau menghancurkan fk ini, HANCURKAN saja.
    sedikit demi sedikit saya merasa kecewa.
    jangan nyinggung orang lewat blog.
    di depan orang nya saja lah.
    bukan kah lebih seru ?
    saya jadi bingung dengan komunikasi antar dosen ini.
    mau dibawa ke mana fk unsri selanjutnya ?
    tidak sadar apa, situs ini bisa dibaca oleh semua orang di dunia.
    dan para dosen yang notabene adalah dokter yang punya pemikiran yang baik malah saling menjelekkan rekan sejawat nya?
    semua orang di dunia malah tahu, bahwa fk bermasalah.
    saya kecewa.
    benar – benar kecewa.
    aspirasi kami tidak ditanggapi.
    mana, kami susah bayar mahal – mahal tapi fasilitas tidak memadai ?
    kami bukan hanya butuh ilmu.
    tapi butuh fasilitas untuk menunjang pembelajaran kami.
    pointer tidak tersedia di kelas.
    bahkan ada dosen yang pernah marah – marah meminta pointer.
    bukan kah itu salah satu fasilitas bagi kami ?
    apalah arti nya pointer yang murah itu dibandingkan bayaran kami yang cukup besar bagi orang yang kurang mampu ?
    laboratorium yang bisa dibilang seram.
    gedung di indralaya yang tidak ter urus.
    masa sarang laba – laba dimana – mana ?
    masa langit – langit nya rusak ?
    enggak malu apa ?
    tolong para petinggi di upep.
    mungkin lewat blog ini para bapak – bapak dan ibu – ibu bisa baca.
    mungkin ada yang meresap di hati.
    mungkin hanya tersenyum ‘nyengeh’ baca komentar saya ini.
    saya benar – benar tidak tahan membaca semua komentar di atas.
    memang, hidup itu keras.
    tapi, menjelek – jelek kan sesama ?
    semua mahasiswa tahu blog ini.
    tidak jarang kami membahas blog ini.
    kami pun resah.
    kami berfikir ” SATU SAAT, MUNGKIN DALAM WAKTU DEKAT, BOM WAKTU AKAN MELEDAK, FK ini AKAN SEMAKIN PANAS DAN BERMASALAH. YANG PADA AKHIRNYA AKAN HANCUR BERKEPING – KEPING “.
    kami menghormati dosen – dosen kami.
    kami pun butuh ilmu dari para dosen.
    tapi kami merasa tidak enak membaca komentar pada blok ini.
    seperti memakan cabai rawit yang sangat pedas.
    mata perih membacanya.
    hati risau.
    yah, smoga saja, masalah demi masalah akan segera teratasi.
    jujur, saya pribadi tidak perduli, apakah pd III memakai mobil dinas sebagai mobil pribadi atau tidak.
    itu kesadaran masing – masing menurut saya.
    sebagai orang yang tidak tahu apa – apa, saya cukup tahu saja.
    saya cinta fk.
    saya kagum pada setiap detail dari ilmu yang saya terima.
    namun, tolong jangan saling mencaci dan memaki satu sama lain.
    blog ini sudah menjadi makanan bagi kami, bahan diskusi kami selain membahas materi kuliah.
    kami akan semakin bingung dengan upep dan yang lain – lain.

    saya mohon maaf apabila ada kata – kata yang salah.
    saya hanya manusia biasa yang tidak sempurna.
    dan saya mengharapkan kedamaian di fk ini.
    tidak seperti israel dan palestina yang perang sekarang ini.

    by : abc

  50. rizkiadi berkata:

    Saudara ABC, sepertinya anda telah menyinggung saya sebagai pemilik situs ini. Kekecewaanmu adalah kekecewaan aku juga. Aku bahkan lebih kecewa lagi ketimbang kamu. Perlu kamu ketahui, bahwa aku sama sekali tidak berniat, apalagi berbuat untuk memburukkan nama orang dalam blog ini. Saya selalu spontan mengeritik orang tepat di depan batang hidung yang bersangkutan. Pada suatu hari (sebetulnya telah berhari-hari) kritikku sudah tidak didengar lagi di dunia nyata, aku bahkan difitnah telah meminta uang terhadap jasa pengajaran (termasuk pembuatan soal) yang aku lakukan. Fitnah itu mengalir deras sekali ke telinga hampir setiap sivitas akademika fk ini.
    Pada mulanya saya berpikir untuk melaporkan langsung ke pimpinan; dan pada kenyataannya aku melaporkan ke rapat bagian. Ternyata tanggapannya tidak memuaskan. Intinya adalah, para pengambil keputusan berjanji akan menuntaskan aliran fitnah ini. Namun setelah saya tunggu lama, janji itu tidak terealisir (mungkin mereka menganggap masalah ini kecil bila dibandingkan dengan pekerjaan mereka yang menumpuk).
    Sementara, fitnah itu terus berkembang. Saya tahu siapa penebar fitnah itu (aku punya mata dan telinga pada hampir semua lekuk di fk ini), tetapi saya tidak bisa langsung meninjunya karena tidak mendengar langsung dari mulut yang bersangkutan serta tidak meiliki rekam fitnah itu.
    Pada suatu hari, ide menuangkan pembelaan diri itu muncul dan menjadi kenyataan tidak lama kemudian (baca: KHIANAT DI HARI JUMAT).
    Coba anda baca seluruh artikel yang aku tulis dalam blog ini. Orang luar, yang tidak tahu-menahu tentang fakultas ini tidak akan mengenal siapa rizkiadi, dan siapa pula orang-orang yang ditulis oleh rizkiadi hanya dengan akronim. Intinya, meskipun kecewa dan marah, aku tidak pernah berniat dan berusaha untuk menjelek-jelekkan seseorang (meski pada kenyataannya mereka memang jelek). Saya menulis akronim.
    Tetapi pada suatu hari dua orang dosen (Irfanudin dan Yuwono) menulis komentar, dengan bahasa yang dicoba disantun-santunkan (jelas banyak orang lebih percaya kepada mereka oleh penampilan yang lebih religius ketimbang aku), dengan nama jelas dan institusi yang jelas pula. Saya berkesimpulan kedua orang ini memang berkehendak membuka siapa itu rizkiadi, tetapi mereka tidak sadar (atau memang sengaja) kalau mereka telah memburukkan nama fk ini (baca komentar kedua tokoh ini di nomor 3 dan 16.
    Setelah tulisan itu online, segalanya jadi terang benderang; dan kamu menyidir saya seperti ini. Dan mulailah berhamburan tulisan-tulisan yang berusaha membunuh karakter arisman. Sebagian menulis dengan nama samaran, sebagian lagi mencoba mematikan karakter ars dengan meminjam nama orang lain. Contohnya bisa kamu lihat dalam tulisan “Avatar si penebar fitnah”.
    Aku bersimpati pada setiap mereka yang tertindas, karena diriku sendiri saja tengah “ditindas”, atau setudaknya dicoba untuk dipinggirkan. Contohnya, banyak pengajaran (atau sekadar tutor, atau pembimbing skilllab) yang terkait dengan kompetensi aku, namun tidak melibatkan aku.

  51. def berkata:

    Abc nih lolo nian, mobil dinas PD3 itu dibeli make duit IWM, dalam arti make duit bapak kau dan bapak aku, Makdai awak dak peduli

  52. abc berkata:

    mohon maaf untuk yg mengelola blog ini…
    skali lagi saya mohon maaf apabila kata2 saya menyinggung bapak.
    saya tidak bermaksud seperti itu.
    saya mengkritik atas komentar2 di atas, bukan mengkritik bapak.
    itu yg saya maksud..
    seperti komentar no.13 yg bahasanya cukup tidak enak dibaca…
    saya tidak tahu siapa yg menulis komentar itu, tapi sangat tidak mengenakkan…
    untuk ‘DEF’, saya sudah membaca komentar anda.
    ya, saya hanya cukup tahu saja.
    seperti nya semua orang sudah geram dgn masalah mobil itu.
    saya pikir, jika saya ikut mengomentari (bahkan memanas – manasi) saya capek sendiri.
    toh, tidak ada peneguran langsung yang saya tahu.
    mahasiswa bisa apa?
    demo?
    payo lah, demo kito.
    nak demo makan seribu tahun bae jarang ado yang dengerke aspirasi dan kritisi kito.
    yang dosen kritik petinggi be saro.
    apolagi mahasiswa.

  53. Alumni berkata:

    Sebagai seorang alumni, apabila betul yang disampaikan sejawat (84)atau adik mahasiswa/i tentang pengelembungan suara (melantik 12 anggota senat yg baru); saya betul2 kecewa. Kok niat berkuasa dng cara kampungan dan culas, katanya bersaudara (sesama dokter). Dan herannya guru2 saya spt Prof. Rusdi kok diam saja. Apakah karena pembelaan korps (sama2 dari Bag. Anak). Demikian juga senior yang lain spt Prof. Ali kok ndak ngomong. Jangan-jangan hal ini bukan yang pertama kali. Jangan dibiarkan dikotomi antara klinik dan pre-klinik,yg hanya…..

  54. Jernih dan Terang berkata:

    Suatu ketika saya di datangi oleh anak sejawat saya
    ( kebetulan bukan alumni FK-US melainkan alumni dari Jawa (FK-UA)” Om bisa bantu gak….? saya mau masuk PPDS di FK-US…?” Lantas spontan Saya jawab Mengapa kamu tidak masuk PPDS ditempat Orang Tua kamu dulu saja kan lebih mudah….. Lantas Dia kembali memberikan argumen “Susah Om persaingan sangat ketat melalui beberapa tahapan ujian saringan” . “Lha kalo di tempat Om katanya asal anak alumni bisa dengan mudah masuk PPDS…?” Lanjutnya lagi…Saya terperangah mendengar pernyataannya yang terakhir tadi…. kok Bisa ya… orang diluar almamater tahu kondisi internal almamaterku…. (Aku hanya ngebatin saja memang kok prioritasnya 1.anak alumni yang konsulen…… 2. Anak alumni yang pejabat. 3. Anak Asmuni

  55. Tetangge sebelah berkata:

    gile… bener2 gile fk ini ye???
    setau aye di setiap instansi di indonesia emang bobrok, tapi ga pernah ada yang di ekspos seperti ini. yang sempat menghebohkan juga adalah kejadian di stpdn, tapi akhirnya setau aye, dosen yang idealis malah di keluarin.
    karena di indonesia orang yang normal itu orang yang menganggap KKN itu benar. seperti salah satu tulisan yang ada di atas yang kurang lebih begini katanye : ” kalau orang tua kalian dosen pasti kalian juga sama, memanfaatkannya supaya bisa sekolah lagi masuk ppds misalnya, walau gak lulus ujian kompetensi tapi dia masih tetap bangga gak lulus karena nilai gak lulus nya tipis. padahal passing grade nya udah sangat rendah (45)!!!! setau aye sekarang anak SD aja dapat nilai 6 masih harus remedial!!!
    aye blom pernah ke sini, jadi gak tau mana yang bener dan salah. tapi kalau boleh saya saran, daripada debat kusir tidak berujung lebih baik kita mengubah terlebih dahulu apa yang dapat kita ubah, yang paling mungkin dapat kita ubah adalah diri kita sendiri, jadilah pusat perubahan!!
    SALAM SUPER!! seperti mario teguh aja,hehe..
    sorry kalau penulisannya tidak ilmiah, maklum baru tamat SD (tapi gak ada nilai 44,5 loh,huahaha.. sekali lagi sorry;)

  56. bravo berkata:

    saya tidak sengaja melihat blog ini..sediih sekali rasanya..kenapa teman teman fk di sini masih bertengkar seperti ini ?? ..semoga teman-teman di sini bisa segera berdamai..merasakan nikmatnya belajar kedokteran yang saya rasakan..kami berdiskusi dengan ilmu, tidak ada sakit hati..tidak ada jawaban salah asalkan berasal dari textbook atau jurnal ilmiah..ilmu tidak lagi dari catatan kuliah..ilmu dari textbook mana yang sudah selesai kamu baca??..saya ilustrasikan..sebagai mahasiswa..disebuah fk negeri di jawa..ilmu itu mengalir bagai sungai didepan mata saya..setiap hari..hanya berapa sanggup saya meminumnya..hanya itu yang saya pikirkan setiap hari.
    Mungkin dosen saya ada intrik satu sama lain..tetapi saya jamin..semuanya ada satu kesamaan..mereka selalu berkata : waah..tidak bisa..tidak bisa..kalian harus belajar lebih rajin lagi..bisa malu saya kalau kalian kalah dibandingkan anak-anak ui itu..disemua bagian semua dosen sama bicaranya..
    Mereka semua boleh bertentangan satu sama lain..tetapi semua kompak..tidak ada satupun yang sudi anak didiknya kalah dibandingkan anak fkui….
    disaat bimbingan..bahkan bimbingan sampai sore hari itu sudah biasa…saya akui..saya sangat beruntung…
    semoga teman-teman di fk ini bisa seberuntung saya..memang suka tidak suka..para dosen yang menentukan kualitas lulusan mereka, dan lulusan itu juga yang akan mengangkat nama para gurunya…

  57. idopathic doom berkata:

    Mengapa para guru2 kami berhelat sendiri seperti ini..
    Padahal kami sedang sulit2 seperti ini…
    Bapak ibu, coba dengarkan kami..
    Semua yang bapak dan ibu perdebatkan ini tentu tak lepas dari “KBK” itu sendiri, yang juga jadi momok bagi kami sendiri……..

    dok… Ini lah jeritan yang saya rasa….
    Sebenernya kami dididik untuk jadi apakah nantinya?

    Sepintas saya pernah baca di salah satu situs yang intinya menjelaskan bahwa alasan dirombaknya kurikulum KBK adalah untuk merubah Techer Center jadi Student Center. Ilmu kedokteran berkembang pesat katanya. Sudah saatnya mahasiswa membuka gerbang informasi deras-derasnya tanpa arah.. Konsep seperti itu tentu mudah terlaksana bagi mereka yang sudah mantap, minimal mantap ilmu dasarnya. Atau bagi para dokter, untuk mencari sendiri sekian banyak informasi terbaru dan menyaringnya tentu mudah.. Tapi bagi kami itu sulit…
    Apa yang dinamakan ‘triger’ dalam KBK tidak cukup memberi arahan, bahkan hanya menjadi asap hitam dalam gelap, tidak memberi cahaya… Terlalu banyak informasi sesat diinternet yang akan salah jika tidak ada penuntun dari mereka yang kompeten..

    Kami tidak bisa dilepas begitu saja…
    Dalam perkuliahan yang dinamakan ‘IT’, terkadang saling tumpang tindih. Malah terkesan terpecah belah, tak terintegrasi. Satu contoh, misal kuliah onkologi, para dosen malah saling sibuk mempertanyakan mengapa onkologi tidak masuk di blok anu malah diblok inu…. Kemudian saat IT ini, dosen bertanya kalian sudah dapat IT ‘inu’ sebelumnya? Seakan2 akan tidak ada sistematika dalam memberi materi pada mahasiswa….

    Dalam hal praktikum, jujur saja dari praktikum yang tidak tidak bersifat ‘kontinyu’ dalam 1 blok cuma 4 praktikum yang sulit menjalin keterkaitan antar tiap praktikum, rasanya yang didapat cuma NOL besar…. Dalam praktikum seakan2 kami sudah punya modal dasar, padahal dalam IT pun tak tidak tergambar.. Kami bingung dengan sistem yang macam ini… Kami tidak mendapat pemahaman yang menyeluruh tentang FIsiologi, Kami tidak mendapat pemahaman yang utuh tentang Anatomi, semuanya seakan terpecah-pecah dan tersekat-sekat oleh apa yang dinamakan blok….

    Saya sependapat dengan pandangan dokter yang mengatakan ada baiknya 4 semester kami diberi ilmu dasar.. Baru selanjutnya dimantapkan dengan skenario2 dan alisa kasus…… Jadi dalam membahas skenario, minimal kami sudah punya modal, ato sudah pernah ingat….

    Dok.. Jujur.., kadang dalam 1 IT, materi yang disajikan itu bagaikan materi 1 buku penuh. Sedang dalam 1 hari terkadang ada 3 IT. Dan waktu yang tersedia bukan cuma buat IT, ada pula praktikum dan tutorial. Bagaimana kami bisa mendapatkan semua itu?

    Satu yang kami takutkan, KBK ini belum ada indikator keberhasilannya. Kita belum bisa menyatakan KBK berhasil atau KBK gagal, karena belum ada lulusannya. Dan apakah kita masih harus tebak2n berhasil atau tidak lulusan KBK?

    Okelah kalau berhasil, syukur Alhamdulillah…. Tapi coba lah dievaluasi, untuk angkatan tertua KBK saja, apakah ilmu kedokterannya sudah mantap setelah ditempa dengan KBK ini? Bukannya apa.. Kalau ternyata kami gagal, bapak dan ibu dosen ini ada tanggung jawab apa terhadap kami?
    Bapak dan Ibu mungkin bisa mendidik mahasiswa baru dengan mengkoreksi kegagalan dari sistem lama menjadi sistem baru yang lebih baik. Tapi kami yang sudah terlanjur gagal? APa kami kelinci percobaan KBK?
    Wallahu’alam bi shawab..
    Satu hal, kami adalah generasi penerus bapak dan ibu dokter……… Kami tidak berharap banyak, tapi kami tidak bisa menjadi penerus kalian tanpa bantuan kalian sendiri…., sebagaimana bapak ibu yang menjadi seperti sekarang karena jasa pendahulu bapak ibu.
    Thx.. wassalam…

  58. annnee berkata:

    nggak sengaja liat blog ini…
    Apa smpai skrg kasusnya blum clear..?
    oh ya.. td siang baca koran katanya dekan FK UNSRI di penjara. jd kondisi disana sekarang gmana.?
    coz planning nya stelah lulus SMA q mo msuk FK UNSRI..

Tinggalkan Balasan ke JAPRA Batalkan balasan